Thursday, November 27, 2008

News

Mengapa Prospek Menghindar?

Oleh: Rinella Putri

(Vibiznews – Sales & Marketing) – Sebagai seorang salesperson, tentunya Anda pernah mengalami momen dimana prospek sudah keburu kabur ataupun menghindar sebelum menjalin percakapan dengan Anda. Mengapa begitu? Jika berasumsi bahwa produk/jasa Anda sesuai dengan kebutuhan target pasar, maka berikut ini adalah alasan-alasan yang masuk akal untuk menjawab pertanyaan tersebut serta solusinya.

They don’t know you (yet)
Faktor pertama sederhana, yakni mereka tidak mengenal Anda. Coba Anda tempatkan diri Anda di posisi prospek. Prospek tentunya tidak akan dengan mudah untuk bertransaksi bisnis dengan pihak yang tidak dikenal. Mereka tidak pernah mendengar nama perusahaan Anda, lalu bagaimana Anda bisa berekspektasi supaya mereka mau percaya dan berbisnis dengan Anda?

Untuk mengatasi hal ini, maka ambillah langkah-langkah yang menjadikan perusahaan Anda lebih dikenal, antara lain melalui iklan, membangun jaringan dan aktivitas lainnya yang menjadikan Anda semakin dikenal publik. Sehingga ketika Anda berbicara dengan prospek, setidaknya mereka pernah mendengar nama Anda dan punya gambaran mengenai bisnis Anda.

Lack of Skill
Faktor selanjutnya berasal dari diri Anda, yakni Anda kurang mempunyai skill yang diperlukan oleh seorang salesperson. Misalnya, ketika mulai berbicara dengan prospek, Anda mendadak gugup dan melupakan apa yang seharusnya Anda sampaikan. Atau kasus lain misalnya Anda malah berbicara bertele-tele Sehingga, akibatnya Anda gagal menjalin hubungan dengan prospek dan tidak bisa mengikat komitmen dengan prospek lewat penjualan.

Masalah kurangnya skill ini dapat diatasi dengan latihan yang berulang-ulang. Anda bisa menghadiri kelas pelatihan Sales yang banyak diselenggarakan oleh institusi training. Namun, latihan yang paling ampuh bagi Anda tetap adalah medan perang sebenarnya. Seiring dengan makin banyak pengalaman Anda dalam menangani prospek, maka semakin banyak hal yang bisa Anda pelajari, sehingga skill Anda akan semakin baik.

Weak Positioning
Faktor lainnya, adalah produk Anda kalah bersaing dengan yang lain. Kebutuhan target pasar sudah terpenuhi dengan produk dari pesaing. Artinya, Anda harus memperkuat positioning produk Anda terhadap target pasar. Bagaimana positioning produk Anda dibandingkan dengan pesaing? Apakah value produk yang Anda tawarkan sudah cukup bisa bersaing di pasar? Jika Anda rasa belum, maka Anda bisa memperbaiki positioning dan penawaran produk Anda, baik dari segi kualitas, dan fitur maupun harga produk. Sesuaikan positioning produk Anda sesuai dengan kebutuhan dan keinginan target pasar.

Ref : Sales and Marketing


Persistence dalam Sales, Baikkah?

Oleh: Rinella Putri

(Vibiznews – Sales) – Persistence adalah salah satu attitude yang perlu untuk dimiliki oleh seorang salesperson handal. Namun, ada kalanya salesperson salah dalam menerapkan persistence, hingga akhirnya usaha tersebut menjadi sia-sia saja. Lalu Bagaimana caranya membedakan sikap persistence yang baik dan yang buruk?

Persistence, padanan katanya dalam Bahasa Indonesia kurang lebih adalah sikap pantang menyerah. Namun, sikap persistence ini jika dilakukan dengan cara yang tidak tepat, maka jatuhnya jadi ‘ngotot’ yang cenderung negatif. Oleh karena itu, penting bagi seorang salesperson harus bisa menerapkan sikap persistence yang tepat kepada prospek.

Sikap persistence adalah sikap yang wajib dimiliki oleh seorang salesperson. Mengapa? Tentu saja supaya salesperson memperoleh prospek dan target penjualan terpenuhi. Bayangkan jika seorang salesperson tidak mempunyai sikap persistence, misalnya baru menelpon prospek berkali-kali namun tidak terhubung dengan prospek saja sudah menyerah, bagaimana mau jadi salesperson handal? Jika seorang salesperson untuk menelepon saja sudah malas, maka bagaimana mau sukses?

Seorang salesperson dengan persistence yang baik, akan berusaha untuk menjangkau prospek, kemudian melakukan follow-up dengan sabar. Salesperson tersebut akan berusaha untuk menjalin hubungan baik dengan prospek, sehingga tercipta kondisi saling memahami antara keduanya. Jika cocok, maka salesperson akan melanjutkan kepada jenjang follow up yang mungkin tidak cukup hanya sekali. Meskipun prospek sudah qualified dan match, belum tentu transaksi terjadi hanya dengan sekali follow up. Jika salesperson melakukan pertemuan follow-up beberapa kali untuk memunculkan keyakinan dan komitmen prospek, itu termasuk sikap persistent yang baik.

Lalu jika itu sikap persistence yang baik, bagaimana dengan sikap persistence yang buruk?

Menurut penulis, sikap persistence yang buruk adalah jika salesperson tetap melakukan follow up +terus-menerus padahal sudah tahu bahwa prospek tidak qualified, karenatidak sesuai dengan target pasar, maupun prospek sudah menyatakan tidak tertarik. Atau mungkin saja salesperson sudah tahu bahwa sebenarnya barang/jasanya bukanlah yang dibutuhkan oleh prospek, namun ia tetap ‘ngotot’ untuk meyakinkan prospek. Itulah persistence yang buruk.

Atau lebih parah lagi, namun seringkali terjadi, yakni salesperson ‘ngotot’ untuk terus melakukan follow up tanpa mencari tahu apa sebenarnya kebutuhan dan keinginan dari prospek. Jadi salesperson sudah keburu ‘ngotot’ sebelum menjalin hubungan yang baik antara salesperson dengan prospek, dan hal tersebut hanya buang-buang waktu saja. Karena tentunya prospek juga bakalan kesal dan pada akhirnya penjualan. malah tidak terjadi.

Jadi, bagaimana sikap persistence pada diri Anda sendiri?

Ref : Sales and Marketing


Teknologi "Digital Signage" Efektif Untuk Pasang Iklan


(Vibiznews – Tax) - Semakin meningkat kebutuhan dunia usaha untuk mengiklankan produknya secara efektif membuat pesatnya pertumbuhan teknologi di dunia periklanan.

"`Digital signage` merupakan sebuah tampilan elektronik yang dipajang pada tempat umum dan menjadi sebuah media periklanan yang efektif," kata Direktur LimeSoda CV Kreatif Komunikasi Indonesia, Daniesh Musthafa di Denpasar, Rabu.

Di sela memperkenalkan media tersebut, ia mengatakan, media yang menggunakan "digital signage" masih sangat jarang di Indonesia, berbeda dengan di China memiliki "media display" yang jumlahnya mencapai 100 ribu unit.

Karena itu, pihaknya sebagai sebuah perusahaan yang bergerak dibidang komunikasi kreatif melakukan terobosan dengan memperkenalkan media ini kepada masyarakat Indonesia.

"Ini merupakan produk baru untuk dunia periklanan atau advertesing. Selama ini di Indonesia, pengiklan lebih banyak memasang iklan di koran, majalah maupun melalui baliho," katanya.

Ia mengatakan, memasang iklan pada media bergerak yang interaktif jauh lebih menarik di dunia pemasaran. Sebab media semacam ini bisa lebih persuasif dan mampu membius penontonnya dibanding bila mereka melihat citra diam.

Hanya saja saat ini, kata Daniesh, pemasang iklan perlu mengeluarkan dana yang lebih tinggi jika ingin membuat iklan bergerak maupun memasangnya.

"Kami tawarkan melalui `digital signage` merupakan cara baru untuk memasarkan produk lewat iklan bergerak yang lebih murah dan efektif" ucapnya.

Sistemnya lebih mudah dibandingkan beriklan di televisi dan dana yang dibutuhkan juga lebih sedikit. Misalnya untuk 15 detik, pengiklan membayar Rp5 juta per bulan masa tayang.

Dengan dana sebesar itu, frekuensi penayangannya per hari lebih banyak dibandingkan di televisi, karena media ini khusus diperuntukkan bagi pemasang iklan.

"Media ini beroperasi mulai pukul 10.00 hingga 23.00 waktu setempat. Untuk di Bali perangkat televisi berteknologi terbaru dengan ukuran 19-52 inchi telah terpasang di lokasi strategis di 27 titik di antaranya pusat pembelajaan Tiara Dewata, Circle K dan Celluler City," katanya.

Ref : Sales and Marketing